BATU KERIKIL
karya: Sireh Puteh
meredah tirai tangisan di jalanan
membawa hati yang bersungguh
memenuhi rasa jiwanya yang lara
aku tetap merasakannya
tembakan tangisan langit itu
tidak terasa sakitnya
aku tetap kebasahan
sekali lagi api kemarahannya
berhembus ke arahku
walau aku tetap menahannya
namun tak sanggup aku
melihatnya sedemikian rupa
terdiam lara
diselubungi kesedihan
aku pulang menenangkan hatinya
sedikit sebanyak meredakan kemarahannya
nampak senyum manisnya kembali
aku lega memerhatikannya
walau dari kejauhan
terpandang sedikit kegelisahan
setelah itu terluah sudah segalanya
apa yang ingin terluah, diluahkan
merintik lagi tangisan mata
deras mengalir mengabarkannya
apa harus ku lakukan
sedang aku kaku terdiam
aku menjadi patung batu kerikil
karya: Sireh Puteh
meredah tirai tangisan di jalanan
membawa hati yang bersungguh
memenuhi rasa jiwanya yang lara
aku tetap merasakannya
tembakan tangisan langit itu
tidak terasa sakitnya
aku tetap kebasahan
sekali lagi api kemarahannya
berhembus ke arahku
walau aku tetap menahannya
namun tak sanggup aku
melihatnya sedemikian rupa
terdiam lara
diselubungi kesedihan
aku pulang menenangkan hatinya
sedikit sebanyak meredakan kemarahannya
nampak senyum manisnya kembali
aku lega memerhatikannya
walau dari kejauhan
terpandang sedikit kegelisahan
setelah itu terluah sudah segalanya
apa yang ingin terluah, diluahkan
merintik lagi tangisan mata
deras mengalir mengabarkannya
apa harus ku lakukan
sedang aku kaku terdiam
aku menjadi patung batu kerikil
Tak paham...puitis sgt kot! Orang sains mane le paham.
ReplyDeleteIni Paksu de...Bin Muhammad tu nama pena.
Jom terjah blog Paksu : http://relakssminda.blogspot.com/